Linux Sistem Operasi Masa Depan

1. Perkembangan komputer pada awalnya.
Perkembangan komputer khususnya PC (Personal Computer) tidak lepas dari
kemajuan tekhnologi CPU (Central Processing Unit). Perkembangan CPU yang begitu
cepat dari jumlah transistor 2.300 pada tahun 1971 menjadi 7,5 juta pada tahun 1997
membuat kita berdecak kagum bukan main (jenis Intel). Perkembangan ini semula
untuk diimplementasikan untuk menjalankan sistem operasi DOS (Disk Operating
System) yang dikeluarkan oleh Microsoft sebagai pemasok software pada saat itu. Akan
tetapi lama kelamaan munculah berbagai sistem operasi yang lain termasuk Linux
sehingga perkembangan CPU menjadi meningkat serta diiringi muncul beberapa

produsen prosesor pesaing selain Intel seperti AMD, Cyrix, IBM dan yang lainnya.
Dan tentunya perkembangan ini pula menuntut kita untuk menuntut kita untuk
mengembangkan dana kita supaya kita dapat mengikutinya dan mempelajarinya.

2. Kelemahan program aplikasi komersial.
Kebutuhan program yang digunakan sebagai sarana belajar tidaklah sama,
dengan program yang digunakan sehari-hari baik untuk development ataupun produksi.
Dengan telah terbiasanya mahasiswa menggunakan program yang "kurang cocok"
untuk tujuan belajar membuat mahasiswa yang "ingin benar-benar mempelajari
tekhnologi komputer" menjadi tidak mencapai tujuannya atau tidak efektif.
Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Pengguna tidak memiliki dasar mengenai mekanisme perangkat keras dan lunak
yang baik. Hal ini disebabkan perangkat lunak yang digunakan sebagai sarana
untuk belajar hanya memberikan gambaran yang suram. Dari dinyalakan komputer
hingga beroperasi, para pengguna tidak memahami proses apa yang terjadi pada
saat boot up tersebut. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan pendidikan bidang
komputer yang menuntut untuk memahami proses tersebut.
2. Mereka tidak memahami komponen-komponen dasar pembentuk sistem perangkat
lunak. Misal mereka tidak memiliki dasar pemahaman mengenai kernel, shell, user
interface, windows manager, task manager, desktop manager, dan termasuk konsep
jaringan.
3. Kebiasaan menggunakan GUI (Graphic User Interface) juga membuat pengguna
kurang memiliki "sense of debugging".
4. Kekurangan ini menjadi user hanya menjadi end user belaka karena hanya menjadi
pengguna program biasa. Padahal pengguna juga diharapkan untuk perlu menjadi
pengguna yang memahami program yang ia gunakan.
Sejak masa perkembangan tekhnologi komputer dan penggunaan sehari-hari, baik
dalam praktikum maupun lainnya, mahasiswa menggunakan perangkat-perangkat lunak
komersial tersebut. Sehingga secara otomatis ketika mahasiswa memasuki lingkungan
kerja, mereka lebih "familiar" dengan perangkat lumak komersial tersebut. Padahal
secara tidak langsung dapat memberikan wawasan yang sempit karena mereka hanya
bisa memakai tetapi tidak bisa mengerti apa yang ada di dalam perangkat lunak
komersial tersebut.

Di lain pihak jika mereka memasuki lingkungan kerja yang menggunakan
lingkungan UNIX, mereka menjadi tidak siap karena tidak dibekali pengetahuan
ketrampilan dalam menggunakan UNIX. Padahal sebagian besar aplikasi "serius"
seperti perbankan, perusahaan minyak, dll banyak yang menggunakan UNIX sebagai
sistem operasinya.
Hal ini menimbulkan pendapat yang menyatakan bahwa mahasiswa lulusan
perguruan tinggi komputer tidak siap untuk memasuki dunia industri. Beberapa PTS
menyiasati hal ini dengan memberikan pelatihan tambahan untuk pengetahuan UNIX
atau beberapa alumni mengambil pelatihan UNIX di luar kampus. Sehingga hal ini
menyebabkan pengetahuan UNIX kurang populer di dalam kalangan pengguna.
Mengapa kurang populer :
1. Pelatihan UNIX memerlukan biaya yang mahal. Karena UNIX sendiri
merupakan barang mahal bagi para pengguna.
2. Semakin populernya aplikasi berbasis DOS/Windows menjadi lebih menigkat
karena anggapan "kemudahan untuk mencoba dan mempelajarinya". Padahal
reliabilitasnya dipertanyakan.
3. Pengguna UNIX adalah rata-rata hanya para akademisi yang benar-benar serius
dan beberapa perusahaan besar yang menggunakan sistem operasi ini.
Dampak negatif dari program komersial adalah kebiasaan untuk membajak atau
mencopy program secara illegal. Walaupun memang ada pendapat yang mengatakan
bahwa jika tanpa bajakan maka para pengguna tidak akan mendapatkan aplikasi yang
diinginkan karena biayanya yang mahal. Akan tetapi ternyata proses bajak membajak
dapat mematikan potensi para programmer lokal enggan untuk mengembangkan
aplikasinya sendiri karena banyaknya program bajakan di Indonesia dan lagipula apa
pun tujuannya pembajakan merupakan pelanggaran hukum.
Aplikasi DOS/Windows kurang menunjang atau membentuk kerangka berpikir
pembuatan untuk membuat perangkat lunak sendiri atau tool sendiri. Padahal trend saat
ini menggunakan pendekatan "user centered", artinya program dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan oleh user atau pengguna. Jadi seharusnya dengan makin merebaknya
trend ini maka dalam membuat solusi tidak terjebak hanya memilih solusi jadinya atau
sekedar menjadi agen penjual saja. Hal ini berbeda dangan kebiasaan bekerja di dalam
lingkungan UNIX, yang memiliki konsep "tools make tools". Para mahasiswa akan cenderung terdorong untuk mebuat program atau "tool" yang sesuai dengan
kebutuhannya sendiri. Dan diharapkan akan menciptakan inovasi-inovasi tekhnologi
informasi yang sesuai dengan kebutuhan user setempat.

2. Kondisi saat ini.
Krisis moneter jelas memberikan dampak pada penentuan arah kebijakan
pengembangan tekhnoogi informasi, baik di sisi penggunaan maupun pendidikan.
Dengan merosotnya kemampuan finansial pada semua institusi termasuk juga institusi
pendidikan maka kemampuan untuk membeli perangkat keras dan lunak semakin
menurun. Padahal penggunaan perangkat lunak "sistem operasi baru" membutuhkan
perangkat keras yang lebih besar.
Tetapi situasi seperti ini membuat kita dilematis. Di satu sisi kita menginginkan
adanya sistem tekhnologi informasi yang mencukupi untuk meningkatkan kondisi
ekonomi. Misal kebutuhan akan mail server, web server, sistem pemrosesan dokumen
yang bisa menekan biaya operasional pada saat ini krusial. Tetapi di satu sisi yang lain,
kebutuhan itu dapat diatasi jika menggunakan solusi berbasiskan perangkat lunak yang
populer, akan membutuhkan tambahan biaya untuk perangkat keras dan lunak yang
tidak sedikit. Sehingga dibutuhkan perangkat lunak alternatif yang murah tetapi yang
tidak membutuhkan perangkat keras yang terlalu canggih namun mempunyai fungsi
yang optimal. Bukan hanya mengejar mode belaka atau popularitas tetapi fungsi dari
sistem tersebut harus terwujud.

0 komentar: